Jumat, 24 April 2009

Sajak-sajak

Edisi 1 : Sajak Dian Hartati dan Kiki Sulistyo

Dian Hartati
JANGARI

jangari meminjam sunyi malam;
di antara lalu lalang perahu
di antara kembara hati

kau petualang di lingkup sepi
selalu melamunkan kenangan diri sendiri

SudutBumi, 9 September 2007




Dian Hartati
TELUNJUK

belajar pada kearifan waktu;
lalu tibatiba mengerti tentang arti mimpi

mengenai warna yang kupilih, adakah ia semu

berapa jarak terdekat sahabat,-
jika jari salah menunjuk

SudutBumi, 19 Oktober 2007


Kiki Sulistyo
TANGISMU

tangismu
seperti kabut
menyeret gaunnya
di halaman
sekali lagi, saat subuh
menyala
sepenggal jerit melengkung
dari bibir ranum
yang dikulum
gairah musim
mengajaknya
berguling

Karang Tapen, 15 Oktober 2003



Kiki Sulistyo
KEPOMPONG WAKTU

kepompong waktu
tergantung di dahan usia
orang-orang lewat
sesekali melihat padanya
dan diam-diam
berniat memberinya nama

kepompong waktu
suatu saat akan menetaskan
kekupu
orang-orang lewat
selalu takjub memandangnya
dan sepakat
menyebutnya,
ajal

Karang Tapen, 15 Oktober 2003



BIODATA

Dian Hartati, Lahir di Bandung 13 Desember 1983. Alumnus Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI. Puisi dan cerpennya tersiar di sejumlah media dan antologi bersama


Kiki Sulistyo, Lahir di Ampenan, Lombok Barat 16 Januari 1978. Puisinya tersiar di sejumlah media


Sajak Edisi 2 : Fahmi Faqih


SAJAK-SAJAK

Fahmi Faqih



Zakaria

Hanya sekeluh aduh terucap dari bibirmu
Ketika ratusan kampak Majusi
Mencincang-cerancang pohon itu

Tapi bukan karena sekeluh aduh
Bumi goncang
Langit menggemakan firman

“Zakaria! Itu kata hanya pantas keluar
Dari mulut berhati sumbing. Jahitlah ia
Atau nubuat ini kutarik kembali”

Kau yang akhirnya mengerti
Memilih diam bersama gugur daun-daun
Yang bernyanyi

Dalam cinta
Tak ada beda mawar dan duri

2005



Januari


Dan aku pun pulang
Menuju rumah
Yang hanyut pada kelender

Tanggal demi tanggal
Bertanda lingkaran hitam

Air di sini
Menjelma kuburan

2006


Bohemia

Aku ada di sini entah mengapa
Seperti setiap perjalanan yang usai kulalui
Yang selalu saja tak punya alasan tepat
Untuk kusodorkan padamu –
Seperti udara yang senantiasa kuhirup
Namun selalu gagal untuk kulukiskan

Aku ada di sini entah mengapa
Tapi tolong beri aku kesempatan, sekali saja –
Setidaknya sampai aku punya alasan tepat
Kenapa aku selalu berpindah kota
Sampai kulukiskan udara itu

2006


Di Surabaya
- untuk TS

Di Surabaya
Kita pun berjanji
Selepas riuh senda Kya-kya*
Kesedihan tak ada lagi
Biarkan membubung bersama asap dupa
Setelah Ampel** kita ziarahi

Di Surabaya
Kita pun menyadari
Kelak
Salahsatu dari kita

: pergi ke balik sunyi

2005

---------------------------------
*) Kya-kya: Tempat makan di sepanjang Jalan Kembang Jepun yang hanya buka malam hari. Dulu bernama Pecinan.
**) Ampel: Kawasan tua, tempat penziarahan di mana Sayyid Ahmad Rahmatullah Sunan Ampel – salahsatu dari Walisongo – dimakamkanekerja dan tinggal di Surabaya.

__________________________________

Fahmi Faqih
Dilahirkan di Banjarmasin pada 26 November. Menulis puisi, esei, dan catatan reportase. Sebagian tulisannya dipublikasin di Harian Surabaya Post, GONG, Pikiran Rakyat, Imajio, Tabloid Pilar, serta di media online seperti www.kabarindonesia.com, utamanya di cyberpunk www.cybersastra.net. Juga ada terhimpun dalam antologi bersama seperti: Antologi Malam Sastra Surabaya 2005 dan 2007, Antologi Penyair Mutakhir Jawa Timur dan lain-lain.

~ BERITA ~

BACA PUISI WINSA

Forum Ngobrol Warung Kopi Jack, Parkir Timur Taman Budaya NTB, Mataram pada 28 Maret 2009 pukul 20.00 Wita menggelar baca puisi Winsa. Pembacaan puisi yang berlangsung dua jam itu secara nonstop menampilkan puisi karyanya sendiri, WS Rendra dan Riyanto Rabbah.
Acara yang kerapkali digelar, setelah acara Meradang Bumi yang digarapnya tempohari bersama Ari Juliyant merupakan bentuk kepedulian seniman terhadap lingkungan.
Penonton yang menyaksikan cukup banyak, hampir memenuhi jalan raya karena acara digelar secara terbuka.
”Wah, kalau acara digelar di sini saya sebagai penonton sangat senang dan terhibur. Sering sih saya mendengar ada acara di dalam sana, pengin nonton tapi sungkan masuknya. Takut kalau bayar tiket…”ujar Nur.
Sebagai arena pembelajaran bagi penonton yang bijak, sebenarnya acara yang dihelat Forum Ngobrol Warung Kopi Jack ini sangat reprensentatif untuk merangsang penonton untuk hadir mengapresiasi acara reguler pihak Taman Budaya.(red)

1 komentar: